PUISI
KEAGUNGAN
Lestari alamku lestari
desaku
Dimana Tuhanku menitipkan aku
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama
Nyanyikan pujaan untuk nusa
Dimana Tuhanku menitipkan aku
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama
Nyanyikan pujaan untuk nusa
Damai saudaraku suburlah bumiku
Kuingat ibuku dongengkan cerita
Kisah tentang jaya nusantara lama
Tentram kartaraharja di sana
Mengapa tanahku rawan ini
Bukit bukit telanjang berdiri
Pohon dan rumput enggan bersemi kembali
Burung-burung pun malu bernyanyi
Kuingin bukitku hijau kembali
Semenung pun tak sabar menanti
Doa kan kuucapkan hari demi hari
Kapankah hati ini kapan lagi
Kuingat ibuku dongengkan cerita
Kisah tentang jaya nusantara lama
Tentram kartaraharja di sana
Mengapa tanahku rawan ini
Bukit bukit telanjang berdiri
Pohon dan rumput enggan bersemi kembali
Burung-burung pun malu bernyanyi
Kuingin bukitku hijau kembali
Semenung pun tak sabar menanti
Doa kan kuucapkan hari demi hari
Kapankah hati ini kapan lagi
“PUISI
CINTA”
UNTUK
BUNGA ( KEPERGIANKU )
Bungaku
kudengar panggilmu
Bungaku akupun rindu
Maafkan kuharus pergi
Mengejar semua mimpi yang berarti
Cobalah tuk hayati artimu
Tiada yang dapat menggantikan
Hadirmu
Jalani dan jangan bersedih
Hapuslah air matamu
Lepaskan risau hatimu
Pastikan semua mimpi kan berarti
Hayati penting artimu bagiku
Bintangpin tak dapat menggantikan hadirmu
Kembali kudengar panggilmu
Bungaku akupun rindu
Maafkan ku harus pergi
Bungaku akupun rindu
Bungaku akupun rindu
Maafkan kuharus pergi
Mengejar semua mimpi yang berarti
Cobalah tuk hayati artimu
Tiada yang dapat menggantikan
Hadirmu
Jalani dan jangan bersedih
Hapuslah air matamu
Lepaskan risau hatimu
Pastikan semua mimpi kan berarti
Hayati penting artimu bagiku
Bintangpin tak dapat menggantikan hadirmu
Kembali kudengar panggilmu
Bungaku akupun rindu
Maafkan ku harus pergi
Bungaku akupun rindu
PUISI
PENGHARAPAN DAN PENGHORMATAN
KAMI HANYA BISA PASRAH
Refleksi Atas Ketidak Adilan Pada Rakyat
Refleksi Atas Ketidak Adilan Pada Rakyat
dalam
buaian, kudekap kau dengan tangis
ketika para setan liar
menari dengan lirik jeritan langit
lalu para dewa mengkonserkan kemurkaan
bumipun bergetar
hambar oleh tatapan yang tak dapat dimengerti
inikah hidup?
Kemudian kau datang membawa secawan harapan
yang kau tuang di setiap langkah
dan akupun paham
tentang semuanya
“keindahan hanya sekedip
semua kebahagiaan hanya pengusap kerongkongan hidup
pelepas dahaga akan darah
yang bersimbah atas nama keadilan”
akhirnya kamu berpaling
menengadahkan sumpah juga janji
akan penderitaan yang menghantu
“Tenanglah kiamat kemakmuran baru akan dimulai”
kau mengawali kalimat serapahmu.
Sungguh kami bisa menerka
kamu hanyalah pembuat lorong-lorong duka
penggali lubang luka
penyiram derita
akan kuburan tanpa cinta
Kami hanya bisa pasrah
pada denyutan nyawa yang tak berirama
kami hanya bisa diam
karena gerak beku dan bahasa bisu
Lalu, haruskah kami melawan ?
ketika para setan liar
menari dengan lirik jeritan langit
lalu para dewa mengkonserkan kemurkaan
bumipun bergetar
hambar oleh tatapan yang tak dapat dimengerti
inikah hidup?
Kemudian kau datang membawa secawan harapan
yang kau tuang di setiap langkah
dan akupun paham
tentang semuanya
“keindahan hanya sekedip
semua kebahagiaan hanya pengusap kerongkongan hidup
pelepas dahaga akan darah
yang bersimbah atas nama keadilan”
akhirnya kamu berpaling
menengadahkan sumpah juga janji
akan penderitaan yang menghantu
“Tenanglah kiamat kemakmuran baru akan dimulai”
kau mengawali kalimat serapahmu.
Sungguh kami bisa menerka
kamu hanyalah pembuat lorong-lorong duka
penggali lubang luka
penyiram derita
akan kuburan tanpa cinta
Kami hanya bisa pasrah
pada denyutan nyawa yang tak berirama
kami hanya bisa diam
karena gerak beku dan bahasa bisu
Lalu, haruskah kami melawan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar